Kamis, 21 Juli 2011

PEMANFAATAN TIK DALAM PEMBELAJARAN

BAB  I
PENDAHULUAN
            Perkembangan, perubahan dan gejolak internasional pada akhir pembangunan jangka panjang pertama ditandai oleh gejala baru, yaitu globalisasi ( proses masuknya suatu negara ke lingkup dunia ). Globalisasi dapat mempengaruhi stabilitas nasional dan ketahanan nasional, yang pada gilirannya akan berdampak juga pada pelaksanaan pembangunan di masa yang akan datang. Globalisasi yang didorong oleh kemajuan pesat di bidang teknologi, terutama teknologi telekomunikasi menyebabkan semakin derasnya arus informasi dan  segala dampaknya, baik yang positif maupun yang negatif. Peluang yang timbul dari globalisasi itu adalah semakin terbukanya pasar internasional bagi produksi dalam negeri, terutama yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Dengan kata  lain, peluang yang timbul pada akhir suatu pembangunan akan memberikan tantangan dan ancaman bagi pembangunan di segala bidang ( BP- 7 Pusat, 1993 ).
            Menyosong era persaingan dunia yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi itu, bangsa Indonesia dituntut untuk dapat mencapai keunggulan menuju tingkat produktivitas nasional yang tinggi. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut, kita harus dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan ketrampilan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk memacu peningkatan nilai tambah berbagai sektor industri dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Penekanan yang kuat terhadap pengembangan sumber daya manusia, sebagaimana diamanatkan oleh GBHN menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain di dunia. Untuk itu, tidak ada pilihan lain bagi kita, selain berupaya meningkatkan kemampuan bangsa dalam menguasai berbagai cabang IPTEK dan profesional, agar bangsa Indonesia dapat sejajar dengan bangsa maju lainnya didunia. Disinilah pendidikan mempunyai peranan untuk mengintegrasikan proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam sistem pendidikan. Menyimak sistem pendidikan nasional ( lihat UU no.20 tahun 2003 ) paling tidak dapat diidentifikasikan dalam tiga fungsi mendasar, yaitu : (1) mencerdaskan kehidupan bangsa, (2) mempersiapkan tenaga trampil dan ahli, (3) membina dan mengembangkan penguasaan teknologi ( Wardiman Djojonegoro, 1996 ).
            Ada empat tantangan bangsa dalam mengembangkan kualitas SDM yang menguasai IPTEK dimasa depan. Pertama : perlu peningkatan nilai tambah. Nilai tambah yang dimasudkan adalah nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas nasional pertumbuhan ekonomi. Orientasinya adalah meningkatkan keunggulan kompetitif bangsa Indonesia melalaui keunggulan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK tepat guna. Kedua : perubahan struktur masyarakat. Perubahan itu berdimensi ganda, sehingga menimbulkan berbagai perubahan mendasar di berbagai bidang kehidupan masyrakat. Tantang ini menuntut kajian secara menyeluruh terhadap terjadinya perubahan itu, dan bagiamana implikasinya terhadap upaya pengembangan SDM. Ketiga : persaingan global yang semakin ketat.globalisasi yang semakin menggejala mengakibatkan batas – batas politik, ekonomi, sosial budaya antar bangsa menjadi transparan. Globalisasi menimbulkan persaingan antar bangsa semakin tajam, terutama bidang ekonomi dan IPTEK. Hanya negara yang unggul dalam bidang ekonomi dan penguasaan IPTEK sajalah yang akan dapat mengambil manfaat besar dari globalisasi. Dan, hal itu hanya dapat dicapai melalui sumber daya manusia yang berkualitas. Keempat: penjajahan dalam penguasaan IPTEK. Gejala ini dapat disebut sebagai kolonialisme dalam penguasaan IPTEK. SDM yang berkualitas harus mampu merebut IPTEK untuk hari depan bangsa Indonesia. Tugas pendidikan dalam hal ini, guru adalah mengupayakan pemanfaatan TIK  dalam pembelajaran. Pertanyaannya bagaimana peranan dan potensi  TIK jika diterapkan dalam pembelajaran ?.
BAB  II
PEMBAHASAN
            Pembelajaran adalah suatu proses penciptaan  lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar dalam pengertian aktivitas dari peserta didik ( pelajar ) dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan.
            Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media ( alat ). Sedangkan  teori belajar konstruktivisme  berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang memberikan kemungkinan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Kozma ( 1991 ) menyatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi ( mekanik, elektronik, bentuk fisik ), sistem simbolik (  karakter alpha-numerik, objek, gambar, suara) serta sarana yang digunakan ( radio, video, komputer, buku ).
            Nathaniel Gage ( 1984 ) salah seorang peneliti pendidikan paling terkemuka di Amerika Serikat menggambarkan mengajar sebagai sebuah seni instrumental, mengajar adalah sesuatu yang berangkat dari “ resep “, formula atau algoritma. Ia membutuhkan improvisasi, spontanitas, penanganan sejumlah pertimbangan tentang bentuk, gaya, kecepatan, ritme, dan ketepat gunaan dengan cara yang begitu kompleks sehingga  bahkan komputerpun tidak akan mampu melakukannya, seperti halnya mereka tidak akan mampu menyamai  apa yang dilakukan  oleh ibu terhadap anaknya.
            Tidak ada bola kristal yang memungkinkan kita untuk melihat apa yang akan terjadi di abad 21 yang baru saja kita masuki. Akan tetapi beberapa tren kemungkinan besar akan berlanjut dan beberapa aspek pendidikan dan pengajaran akan tetap sama, sementara sebagian lainnya akan berubah secara dramatik. Disatu pihak,  perubahan besar yang terjadi dalam cara penyimpanan dan mengakses informasi dengan komputer dan teknologi digital akan mengubah banyak aspek pendidikan. Saat ini dan dimasa mendatang, internet berpotensi menghubungkan siswa ke berbagai sumber yang sebelumnya tidak tersedia. Banyak yang percaya bahwa internet akan menjadi medium utama informasi dan akan mengubah secara subtansial bentuk – bentuk publikasi cetakan maupun visual.  Hal ini akan menyebabkan para guru untuk meredefinisikan banyak pelajaran dan tugas – tugas yang mereka berikan kepada siswa. Tantangan mengajar guru abad 21 dapat meliputi ; mengajar dalam masyarakat multikultur, mengajar untuk konstruksi makna, mengajar untuk pembelajaran aktif, mengajar dan akuntabilitas, mengajar dan pilihan, mengajar dengan pandangan baru tentang kemampuan, mengajar dan teknologi.
            Berikut ini ada beberapa kasus yang diangkat dari temuan dilapangan dalam proses pembelajaran dalam kelas.
Kasus 1: Seorang guru merenung. Dia merasa bahwa sudah segala daya, upaya dan tenaga dikerahkan, tetapi siswanya masih belum nampak terlibat dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru sudah berapi – api mengajar, suara sudah sekeras mungkin, dia merasa bahwa perjuangannya sia – sia. Karena beberapa siswa lebih banyak melihat keluar jendela, siswa yang lain sibuk mengobrol dengan teman sebangkunya, yang lain nampak berulang – ulang melihat jam seperti ingin mempercepat jalannya waktu. Secara umum, pembelajaran yang diselenggarakan guru tidak  menarik bagi siswa.
Kasus 2: Seorang siswa menyanggah teori yang baru saja disampaikan gurunya dalam pembelajaran. Guru dan siswa saling beradu argumentasi, kedua -  duanya saling mempertahannkan pemahaman yang mereka miliki. Masing masing tidak dapat menjelaskan kebenaran dalam kekiniannya. Sampai dengan berakhirnya pembelajaran, tidak ada kesepakatan yang dapat diambil.
            Pada kasus 1 dan 2, merupakan contoh pembelajaran satu arah, guru mendominasi pembelajaran, guru sebagai pusat pembelajaran, guru sebagai satu – satunya sumber ilmu. Tidak ada media pendukung ( hanya teori ), siswa pasif, siswa bosan, pembelajaran tidak menyenangkan, pembelajaran tidak bermakna, hasil pembelajaran tidak membanggakan
            Kasus 3: Sesaat akan dimulainya pembelajaran, siswa menampilkan ketidaksabaran untuk segera mengikuti proses pembelajaran. Siswa menampilkan kesan seolah – olah menanti sebuah pertunjukan spektakuler dari  seseorang yang diidolakan. Kelas terasa hangat. Pada bagian pembukaan pembelajaran, guru menyajikan stimulus yang dikemas sedemikian rupa sehingga memunculkan rangsangan response luar biasa pada diri siswa. Siswa aktif dan kreatif dalam mencari pengetahuan yang hanya diarahkan guru. Siswa seolah – olah yang memegang kendali pembelajaran. Siswa merasa bahwa dia sangat butuh dan ingin menuntaskan kepenasaran  dari stimulus yang diberikan guru. Akibatnya, guru tidak perlu bersusah payah menghabiskan tenaga. Guru hanya mengarahkan, melayani pertanyaan, serta menjadi pemberi kemudahan bagi siswa. Pada saat  terdengar bel tanda berakhirnya pembelajaran, terdengar suara siswa yang menyayangkan  waktu terlalu ceoat berlalu. Terasa aroma pembelajaran yang bermakna, dialogis, dinamis serta bermuara pada pembelajaran yang menyenangkan.
            Kasus 3, merupakan contoh pembelajarn yang ideal, guru tidak lagi mendominasi pembelajaran., siswa sebagi subjek pembelajaran, guru kreatif dan inovatif dalam merencanakan pembelajaran, pembelajaran berorientasi kepada kehidupan nyata tidak hanya kepada buku.
            Jika dilihat dari perkembangan media yang digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas, dapat diurutkan, bahwa pembelajaran formal dimulai dari masa blackboard, whiteboard, keyboard dan akhir – akhir ini telah dikembangkan virtualboard. Hal ini dapat dilihat dalam cuplikan flm MIT sketching.
            Cerita tentang perubahan media pembelajaran dari blackboard hingga virtualboard, dapat dipertegas dengan menampilkan video dari sebuah produsen handphone yang bercerita tentang dunia komunikasi digital yang semakin canggih. Seorang guru menjelaskan materi tentang Jepang dengan menggunakan virtualboard, siswi berkomunikasi dengan ibunya menggunakan fasilitas Vicon dengan HP. Agar guru  lebih menyadari bahwa jika belum mulai menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran, dapat disajikan film dari microsoft tentang surfacing computer. Sebuah media computer yang tidak lagi menggunakan keyboard  dan layar monitor, melainkan sebuah meja menjadi screentouch sekaligus monitor. Pembelajaran tidak hanya diselenggarakan di dalam kelas dan pada jam belajar formal. Tidak sedikit guru yang telah menyelenggarakan pembelajaran yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Sebelum atau setelah pembelajaran, guru telah menugaskan untuk mencari sumber ilmu dengan berbagai media sesuai dengan perkembangan teknologi.
            Paltimer ( 1991 ) membandingkan pebelajaran kalkulus yang menggunakan komputer dengan pembelajaran konvemsional, menunjukan bahwa hasil pembelajaran berbasis komputer lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Tetapi, tidak setiap pembelajaran harus diselenggarakan melalui pembelajaran berbasis TIK. Beberapa kegiatan pembelajaran masih harus diselenggarakan dengan pemebelajaran konvensional.
            Pemanfaatan dan potensi TIK dalam pembelajaran secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut  :
Pengertian TIK :
1.      Teknologi, cara mensinergikan peralatan yang digunakan ( hardware/ software), supaya mampu dimanfaatkan maksimal
2.      Informasi, text, grafik, gambar, audio, video,animasi yang mampu memberikan makna bagi orang lain.
3.      Komunikasi, hubungan satu dengan lainnya untuk saling bertukar data dan informasi
4.      Komputer, suatu peralatan ( hardware / software ) yang digunakan untuk mengelola konten informasi
5.      Konten, informasi seperti text, grafik, gambar, audio, video, animasi yang mampu memberikan makna bagi orang lain.
Potensi TIK dalam pembelajaran meliputi :
1.      Searching, search engine
2.      Coleccting, MP3, garfik, animasi, video
3.      Creating, membuat web, membuat game
4.      Sharing, web page, blog
5.      Communicating, e- mail, IM, chat
6.      Coordinating, workgroups, mailing list
7.      Meeting, forum, chatroom
8.      Socializing, beragam kelompok sosial on line
9.      Evaluating, on line test, on line advisor
10.  Buying – selling on line
11.  Gaming. Game on line
12.  Learning, jurnal on line, riset on line
            Pada dasarnya, pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu menagkap atau menerima, memproses, menyimpan serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya.
            Gardner ( 1983 ) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu dalam bentuk tujuh kecerdasan yaitu ; (1) logis – matematis, (2) Spasial, (3) Linguistik, (4) Kinestik – keperagaan, (5) Musik, ( 6 ) Interpersonal dan (7) Intra personal. Media yang dapat mengakomodir persyaratan – persyaratan tersebut adalah komputer. Komputer mampu menyajikan informasi yang dapat berbentuk video, audio, teks, grafik dan aminasi ( simulasi ).
            Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternative bentuk pembelajaran terprogram ( programmed instruction )  yang dilandasi hukum akibat ( law of effect ). Dalam hukum akibat, asumsi yang diyakini adalah tingkah laku yang didasari rasa senang akan merangsang untuk dilakukan serta dikerjakan secara berulang – ulang ( S – R ). Sangat banyak pakar pendidikan yang melakukan penelitian dan berkesimpulan kearah positifnya pemanfaatan komputer sebagai media bantu pembelajaran.
            Banyak siswa merasa mudah memproses informasi yang berbentuk visual, sementara siswa yang lain merasa mudah bila ada suara, tetpi ada pula sebagian siswa yang  merasa  mudah apabila sumber informasi disajikan dalam bentuk teks ( Anderson, 1981 ).
            Disisi lain, guru memerlukan kemampuan khusus dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK. Arnold ( 1992 ) mengatakan para guru masih dihadapkan pada satu ironi bahwa meskipun komputer merupakan media sangat potensial pada proses pembelajaran, akan tetapi masih sedikit yang mau dan mampu menggunakannya. Ketidakmauan dan atau ketidakmampuan tersebut disebabkan berbagai faktor, baik internal ( dari guru sendiri ) maupun faktor eksternal ( fasilitas dan kebijakan ).
   BAB  III
KESIMPULAN
            Menyongsong era persaingan dunia yang semakin tajam sebagai dampak globalisasi, bangsa Indonesia di tuntut untuk dapat mencapai keunggulan menuju tingkat produktivitas nasional yang tinggi. Untuk itu, tidak ada pilihan lain, selain berupaya meningkatkan kemampuan bangsa dalam menguasai berbagai cabang IPTEK dan profesionalisme. Disinilah pendidikan mempunyai peran untuk mengintegrasikan proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sistem pendidikan.
            Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru melalui atau dengan bantuan media ( alat ).
            Kozma ( 1991 ) mengatakan bahwa media dapat dibedakan dari teknologi ( mekanik, elektronika, bentuk fisik ), sistem simbolik ( karakter alpha – numerik, objek, gambar, suara ) serta sarana yang digunakan ( radio, Video, komputer, buku ).
            Pada dasarnya, pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu menagkap atau menerima, memproses, menyimpan serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya.
            Gardner ( 1983 ) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu dalam bentuk tujuh kecerdasan yaitu ; (1) logis – matematis, (2) Spasial, (3) Linguistik, (4) Kinestik – keperagaan, (5) Musik, ( 6 ) Interpersonal dan (7) Intra personal. Media yang dapat mengakomodir persyaratan – persyaratan tersebut adalah komputer. Komputer mampu menyajikan informasi yang dapat berbentuk video, audio, teks, grafik dan aminasi ( simulasi ).
            Komputer sebagai sarana interaktif dapat digunakan sebagai alternative bentuk pembelajaran terprogram ( programmed instruction )  yang dilandasi hukum akibat ( law of effect ).


REFERENSI
BP- 7 Pusat, 1993. Undang – Undang Dasar, Pedoman Penghayatan dan
            Pengamalan Pancasila, ketetapan No. II / MPR / 1979, Garis – garis Besar Haluan Negara, Keteapan MPR  No .II / MPR / 1979.

Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional 2005 – 2009.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Pedoman Penyusunan Bahan
       Ajar, Jakarta , 2006

Gardner, H ( 1983 ), Framers of mind – the theory of multiple intelegences,
       New York: Basic Books Inc.

Kozma, R.B. ( 1991 ), Learning with Media, Review of educational Research.
Paltimer, J.R, ( 1991 ), Effect of computer algebra systems on concept and skill
       acquisition Calculus, journal for Research in Mathematics Educations.

Puget Sound Center, Peer Caoching Program Master Trainer Training, pc.
       Innovativeteachers.com 

1 komentar: